PEWARNAAN BTA UNTUK PEMERIKSAAN TBC
DASAR TEORI
Mikroorganisme yang ada di alam ini
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan
bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui
sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan. Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan
lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan
biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini
disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat
patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi
hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah.
Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera.
Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan
Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis
bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali
dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel
berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu
bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain).
Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain
pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini
melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri
tahan asam (Ball, 1997). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing,
lurus atau berbentuk filamen. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk
spora, non motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, ketika
Mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut
sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga
memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nicardia, Rhodococcus, Legionella
micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel
mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di
bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga
mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul
lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan
patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar
6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan
penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999). Mycobacterium
tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang panjang atau pendek,
tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu
optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan
tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum, dan bahan kimia tertentu.
Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran
sekitar 0,4
–
3 μm.
Pada media buatan, bentuk kokoid dan
filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah
diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat
didekolorisasi oleh alkohol, tanpa
memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum dapat
diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria
adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi
antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang
berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua
media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10
dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media)
(Jawetz et al., 2001). Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh
energi dari oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2
meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan
kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu
untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung
tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-
23˚C, untuk menghasilkan pigmen yang
lebih banyak dan mengurangi bentuk ”cepat asam” daripada
bentuk patogenik. Mikobakteria
cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain karena
sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten
terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang lama dalam
sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi,
temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau
seluler lainnya (Fardiaz, 1992).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan
Ziehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret
paru-paru atau ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat
dikenal ada 3 jenis sputum: Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh
penderita pada saat bangun pagi. Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada
saat itu. Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen,
yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan
methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin,
BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang
dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada
sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan
zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk
melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA
dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak
mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup
pori- pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah,
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan
cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua
yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan metode Ziehl-Neelsen dapat
menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu : 1.
Bakteri yang berwarna merah dengan
pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast). 2.
Bakteri yang berwarna biru dengan
pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai
sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas
yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai
menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan
perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang
digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%,
serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam
alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka
lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel
bakteri M.
tuberculosis. Methylen blue
berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri
akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk.,
1980). Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union Against
Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut : -
Negatif : Tidak dijumpai
adanya BTA -
Positif : Ditemukan 1-9 BTA/100 LP -
Positif 1 : Ditemukan 10-99 BTA/100
LP -
Positif 2 : Ditemukan 1-10 BTA/1 LP -
Positif 3 : Ditemukan lebih dari 10 BTA/1
LP
Sputum yang telah diperoleh dapat
disimpan dalam lemari es selama satu minggu.
A.CARA PENGAMBILAN SPUTUM
Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
• Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang
• Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur)
• Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan Alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
• Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang
• Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur)
• Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan Alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak
f. pengalas
g. Bengkok
h. Tissue
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
6. Prosedur Tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien dengan tissu
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien dengan tissu
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
B.CARA PENGIRIMAN SPECIMEN
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
1. Data 1:
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
2. Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir(minimal 3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai biodata pasien.Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.Spesimen tidak akan diterima apabila:
- Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang
- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada
C.HAL-HAL YANG PERLU di PERHATIKAN
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambilsputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan
sebelum pasien menyikat gigi.Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari bronkustrakeamulutwadah penampung.Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,
seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
- Aspirasi transtracheal
- Bronchial lavage
- Lung biopsy
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,
seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
- Aspirasi transtracheal
- Bronchial lavage
- Lung biopsy
D.CARA PEWARNAAN BTA
Alat 1 :
Lidi/ Ose .
Api Spiritus .
Object Glass .
Mikroskop Binokuler .
Rak Tabung .
Label .
Bahan 1.
Sputum (sampel sputum Ayu Dian
Puspita 1 dan 2) 2.
Sampel BTA (1, 2 dan 3) 3.
Oil Imersi 4.
Lens Paper 5.
Tissue c.
Reagensia / cat 1.
Carbol Fuchsin 0,3% 2.
Asam Alkohol 3% 3.
Methylene Blue 4.
Aquadest
CARA KERJANYA
Pembuatan Apusan 1.
Digunakan semua APD dengan baik,
benar dan lengkap. 2.
Disiapkan semua alat-alat dan
bahan-bahan yang akan digunakan. 3.
Dipastikan semua alat dan bahan siap
untuk digunakan. 4.
Diambil lidi/ose lalu dipanaskan
dengan api Bunsen. 5.
Dibuka tutup wadah sampel yang
berisi sampel sputum. 6.
Dimasukkan lidi/ose secara perlahan.
7.
Dibakar lidi/ose, kemudian
diletakkan dirak ose. 8.
Dikeringkan apusan pada object glass
dengan api Bunsen atau difiksasi. 9.
Dilakukan fiksasi dengan cara
mengelilingi kaca preparat pada api Bunsen sebanyak tiga kali. b.
Pewarnaan 1.
diteteskan Zat ZN A (Carbol Fuchsin)
pada kaca preparat kemudian dipanaskan sampai menguap (jangan sampai mendiih),
ditunggu 5 menit lalu dibilas dengan aquadest. 2.
Diteteskan ZN B (Asam Alkohol) pada
kaca preparat, ditunggu hingga ½ menit lalu dibilas dengan aquadest. 3.
Diteteskan ZN C (Methylene Blue),
ditunggu hingga 1 menit lalu dibilas dengan aquadest. 4.
Pembacaan Hasil Pengamatan 1.
Preparat yang sudah jadi diamati
dibawah mikroskop dengan setting pembesaran objektif 10 kali untuk mencari
lapang pandang, kemudian dilanjutkan dengan perbesaran objektif 100 kali
dengan penambahan oil imersi untuk memperjelas objek yang diamati. 2.
Diamati bentuk dan warna bakteri,
bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan
berwarna biru.
PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Pembuatan dan
pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Pada praktikum kali ini dilakukan
pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang menggunakan tiga jenis cat
Ziehl-Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 % dan methylene
blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum. Sebelum dibuat apusan,
objek glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang menempel pada permukaanya
dan untuk menghilangkan kontaminan lain yang ada pada objek glass. Apusan yang
dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuk-tumpuk sehingga
proses pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi apusan yang
dibuat juga tidak boleh terlalu tipis. Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan
menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng menggunakan 3 jenis warna sebagai
berikut : 1.
Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3 %
Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam,
sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut
sehingga warna carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun
perlu diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan sampai mendidih cukup
samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak rusak. 2.
Penambahan larutan asam alkohol 0,3
% Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna
(decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah
mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali
tertutup dalam pada suhu semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan
asam alkohol ditunggu samapai 5 menit. Saat penambahan asam alkohol ini, maka
bakteri yang bukan BTA akan
dilunturkan kembali warna carbol
fuchsin tersebut karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA.
3.
Pemberian zat warna Methylene Blue
Terakhir dilakukan penambahan Methylene blue. Methylene Blue merupakan
pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan
asam alkohol. Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang
permeabilitas dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA
terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA
tersebut menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah
terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori
–
pori mengkerut, daya rembes
dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene blue tidak dapat
masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah. Waktu yang dipelukan untuk
menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kesalahan pada saat pembacaan preparat pada mikroskop. 1.
Menunggu selama 5 menit setelah
pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar
cat ini dapat diserap dan melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding
selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan. 2.
Warna dapat luntur secara sempurna
dan tidak ada yang tersisa. 3.
Menunggu selama 1 menit setelah penambahan
pewarna methylene blue bertujuan agar cat ini dapat diserap sempurna pada
dinding bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna antara bakteri BTA dan Non
BTA. Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan
dengan aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum
dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya.
Hal yang perlu
diperhatikan
Fase yang paling kritis adalah
dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak terikat oleh sel bakteri lepas
dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih
karena akan menyebabkan
overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang
menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam
memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna
secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel
BTA. Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna
untuk menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna berikutnya.
Faktor yang
membedakan BTA dan Non BTA
Perbedaan mendasar antara bakteri
BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding selnya. Dinding sel BTA mengandung
lapisan lilin (lapisan lemak) yang sangat banyak sehingga dalam proses
penyrapan warna perlu dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel tersebut
sehingga pewarna dapat diserap. Namun dalam dinding sel bakteri non BTA lapisan
lemaknya tidak banyak sehingga untuk melakuka penyerapan warna tidak
perlu dilakukan pemanasan dan pelunturan warna pun sangat mudah dilakukan saat
penambahan asam alkohol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar